Selasa, 18 April 2017

PEMILIHAN PENGURUS BARU 2017

Sudah lama tidak posting info ya,

Sebentar lagi kita akan melaksanakan pemilihan seperti yang akan dilaksanakan di kota Jakarta. Sebentar lagi ya, bulan Juni 2017, Pengurus baru dan ketua baru...Plan juga untuk Dawis yang pelaksanaan keuangan dan segala hal yang berhubungan dengan finansial dititikberatkan pada Koperasi....Mau tau tentang kelanjutannya, silahkan ikuti terus info di Dame2......Dawismeranti2.blogspot.com.....ter update....


Semoga awal baru nanti jauh lebih baik.


Salam,
Titien

Rabu, 07 Desember 2016

KOPERASI DAWIS MERANTI DUA


Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdullilah puji syukur kehadirat Tuhan. sejak berdirinya tanggal 3 Agustus 2016 dengan terseok - seok tanpa disadari sudah hampir 6 bulan koperasi masih bisa bernafas. Terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Ana yang tanpa peransertanya yang telah ikhlas menjadi motor penggerak berdirinya koperasi ini. Terimakasih juga kepada para anggota Dawis yang setia menjadi pelanggan setia koperasi. Harapan kami sebagai pengurus Dawis semoga Koperasi ini bisa berkembang dan maju dan kelak bisa dinikmati anak cucu kita.Amin.


Wassalamualaikum Wr.Wb.


Ketua Dawis

JADWAL PENGECEKAN JENTIK NYAMUK DAWIS MERANTI DUA Jl. Mars 2, RT 04 RW 10 Kel. Karangroto Genuk Semarang BULAN JANUARI – DESEMBER 2017



TGL
PETUGAS
DAWIS
1 Januari 2017
8 Januari 2017
15 Januari 2017
22 Januari 2017
29 Januari 2017


Kelompok IV
III
I
II
III
I
5 Pebruari 2017
12 Pebruari 2017
19 Pebruari 2017
26 Pebruari 2017
Kelompok I


Kelompok II
II
III
I
II
5 Maret 2017
12 Maret 2017
19 Maret 2017
26 Maret 2017


Kelompok III
III
I
II
III
2 April 2017
9 April 2017
16 April 2017
23 April 2017
30 April 2017

Kelompok IV


Kelompok I
I
II
III
I
II
7 Mei 2017
14 Mei 2017
21 Mei 2017
28 Mei 2017


Kelompok II
III
I
II
III
4 Juni 2017
11 Juni 2017
18 Juni 2017
25 Juni 2017

Kelompok III
I
II
III
I
2 Juli 2017
9 Juli 2017
16 Juli 2017
23 Juli 2017
30 Juli 2017
Kelompok IV


Kelompok I
II
III
I
II
III
6 Agustus 2017
13 Agustus 2017
20 Agustus 2017
27 Agustus 2017

Kelompok II
I
II
III
I
3 September 2017
10 September 2017
17 September 2017
24 September 2017
Kelompok III


Kelompok IV
II
III
I
II
1 Oktober 2017
8 Oktober 2017
15 Oktober 2017
22 Oktober 2017
29 Oktober 2017


Kelompok I


III
I
II
III
I
5 Nopember 2017
12 Nopember 2017
19 Nopember 2017
26 Nopember 2017
Kelompok II


Kelompok III
II
III
I
II
3 Desember 2017
10 Desember 2017
17 Desember 2017
24 Desember 2017
31 Desember 2017


Kelompok IV
III
I
II
III
I





Keterangan :

Kelompok I (Biru)                    : Bu Reman, Bu Moko, Bu Galih
Kelompok II (Pink)                  : Bu Gozali, Bu Dipo, Bu Sukron, Bu Danu
Kelompok III (Kuning)             : Bu Umi, Bu Eko, Bu Sigit
Kelompok IV (Hijau)               : Bu Irwan, Bu Raharjo, Bu Abdul

Mengingat akhir – akhir ini masing – masing anggota Dawis mempunyai kesibukan dan luang waktu yang berbeda sehingga sering tidak bisa ikutserta membersihkan Toga dan sekitarnya, mulai bulan Januari 2017, bagi kelompok yang bertugas  selain sebagai petugas pengecek jentik – jentik, otomatis wajib bertugas juga membersihkan Toga PKK, pos dan sekitarnya dan tidak berlaku bagi anggota Dawis lain yang tidak bertugas.

Jika berhalangan untuk memenuhi tugas ini sesuai jadwal yang ada, dimohon agar sebelumnya memberitahukan kepada anggota yang lain, atau ketua dawis demi kelancaran semuanya. Semoga Tuhan memberikan limpahan karunia kepada kita semua atas keikhlasan kita mengerjakan tugas social ini, dari kita untuk kita dan sesama.

Terimakasih.
Ketua Dawis


Titien Maryuni
Tembusan : Ketua RT 4 RW 10 Kel. Karangroto Genuk Semarang

Senin, 17 Oktober 2016

PKK Bulan Oktober 2016

Pkk bulan Oktober di rumah Ibu Sukron, Pkk bulan November 2016 bertempat di rumah Ibu Umi Gang Mars 2.MInggu ke tiga

MENTAL HECTIC PADA ANAK - ANAK.......APA ITU

MENTAL HECTIC (sebut saja MH). Istilah ini belakangan agak menjadi trending topics di banyak kalangan pemerhati perkembangan anak dan dunia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bagaimana tidak, gara-gara istilah ini banyak orangtua yang jadi bimbang untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah. Lho kok bisa?! Karena beberapa pakar berpendapat bahwa pelajaran calistung (baca, tulis, hitung) menjadi salah satu penyebab anak mengalami mental hectic. wiihhh!😛
Sebentar, sebentar! Kalau kalian googling di yahoo (hehe) dengan memasukkan keyword mental hectic, maka referensi link yang ditampilkan akan merujuk kepada banyak informasi dalam Bahasa Indonesia. Kenapa bisa begitu?! Yaa bisa jadiii! #duerr karena istilah mental hectic memang hanya (masih asumsi) dikenal di Indonesia. Kemungkinannya, hanya anak Indonesia yang bisa terkena mental hectic, sementara anak negara lain tidak bisa.😛
Dari segi definisi, MH diartikan sebagai kondisi dimana seseorang mengalami kekacauan mental, walaupun jika dicari sekeras mungkin anda tidak akan pernah menemukan definisi resminya. Kondisi ini layaknya ketidakseimbangan seseorang dalam merasa (feel), melihat (perceive), mendengar (hear), berfikir (think), dan bertindak (act), yang pada akhirnya mengakibatkan orang tersebut mengalami ‘kebingungan’ yang pada akhirnya dapat mengarahkannya pada strees, depresi, merasa terintimidasi, ataupun merasa terancam.
Tidak hanya pada anak kecil, MH juga bisa terjadi pada orang dewasa, tapi yang lebih rentan pengaruhnya terjadi pada anak usia dini. Dalam beberapa artikel yang masih dipertanyakan kebenarannya, MH bisa mengarahkan anak menjadi seorang yang pemberontak, tidak patuh, bahkan mengabaikan segala informasi yang diterimanya.
Calistung menyebabkan mental hectic?!
Pendidikan-Anak-Usia-Dini
Inilah yang dikahwatirkan. Kegiatan belajar baca, tulis, dan berhitung dituduh menjadi salah satu oknum yang memicu terjadinya MH pada perkembangan anak. Bisa atau tidak?! Sekali lagi, yaaa bisa jadi!😀 . Melihat fenomena ini, kita harus mengembalikannya pada keadaan empiris yang melatarbelakangi terjadinya MH, yaitu kegiatan belajar. Dalam usia anak, mereka tidak bisa membedakan mana kegiatan belajar, dan yang mana kegiatan bermain. Karena pada dasarnya anak-anak adalah para pebelajar alami, yaitu generasi yang terus belajar dari kegiatan sehari-harinya.
Dalam proses belajar (dalam dunia anak), pola ini pun selalu terjadi “working memory (WM) –> short term memory (SM) –> long term memory (LM)“. Pola ini bekerja dengan simultan dalam tempo yang berubah, bisa lambat dan bisa juga cepat. Kecepatan tersebut disebabkanya oleh banyak faktor, kita klasifikasikan saja disini sebagai faktor internal dan eksternal. Menurut penulis, yang paling memengaruhi kecepatan tersebut adalah jenis informasi yang disajikan. Psrisipnya jika informasi tersebut sudah tertanam dalam long term memory kita dan memberikan kesan yang baik tentu informasi baru yang berkaitan akan lebih cepat diproses.
Misal begini, saya akan berikan anda sebuah ifnormasi, “JANGAN PIKIRKAN TENTANG SPONGE BOB!”. Apa yang terjadi?! Kalau tidak salah anda tadi baru saja berfikir tentang Sponge Bob bukan?! Dan sekarang anda berfikir tentang segala kelucuan yang pernah dilakukan oleh tokoh kartun kuning tersebut. Kasus tadi memang bukan informasi yang baru, hanya saja informasi tadi menyajikan sebuah kecepatan feedback (LM –> SM –> WM) yang anda alami sendiri.
Sekarang, coba sesekali anda bermain video game dengan genre arcade simulation, seperti point break ataupun counter strike dalam level yang very hard. Coba menangi level tersebut, dengan tantangan yang secara bertahap makin sulit dimenangkan. Rasakan tiap detiknya dalam kondisi diburu dan memburu. Dengarkan suara desingan peluru dari revolver, AK 47, Shoot Gun, ataupun Machine Gun yang meraung-raung ketika ditekan pelatuk senjatanya. Rasakan sendiri bagaima menghindar, bersembunyi, menembak, dan perasaan manakala mati tertembak oleh musuk atau gara-gara menginjak peledak.
Menang ataupun kalah, setelah bermain game tersebut, coba anda pelajari materi Fisika tentang bab menghitung proses pemuaian suatu zat. Sekarang rasakan, bagaimana proses penerimaan informasi tersebut terjadi. Cepat atau lambat? Mudah atau susah? Jika anda merasa kesulitan dalam memahami konsep tersebut, anda juga bisa digolongkan telah terkena MH. Disaat kegiatan pertama (game) dilakukan, WM sudah mengalami overload cognitivedimana skemata yang masuk sudah jauh melebihi kapasitas penyimpanan. Masalah sebenarnya bukan terjadi dalam diri anda, tetapi informasi yang disajikan sudah menguras kemampuan WM dalam bekerja, inilah mengapa setiap orang butuh untuk berehat dalam pekerjaannya.
MH terjadi bisa akibat overload cognitive ataupun kegiatan yang diulang-ulang (dalam kasus anak usia dini). Calistung dapat saja menjadi potensi terjadinya MH, bahkan kegiatan sekolah pun bisa juga mengakibatkan MH. Anak usia 7 tahun yang bersekolah dari jam 7 pagi hingga pukul 13.00 atau 15.00 sore bisa berpotensi takut akan sekolah, karena kegiatan yang dilakukan setiap hari itu-itu saja, walaupun dalam pandangan kita di sekolah mereka banyak pula kegiatan bermainnya. Tapi dalam dunia anak, ini bisa menjadi proses pengekangan yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan psikis mereka.
Calistung sangat berpotensi menyebabkan MH manakala kegiatan tersebut tidak bisa mengakomodir “cara belajar” anak-anak. Proses belajar yang kaku dan sistematis adalah faktor utama anak-anak mengalami “kejenuhan”. Proses yang terus menerus diulang-ulang pada akhirnya membentuk struktur kognitif mereka “kacau balau”. Yang semestinya berkembang dengan baik, malah dihalang-halangi. Sementara yang bukan potensinya, malah dipaksakan untuk berkembang.
Sebenarnya, dibanding calistung, bermain game dengan genre tertentu yang menguras emosi lebih rentan mengakibatkan mental hectic. Aspek multimedia yang menjadi tampilan dalam game dan memberikan informasi melalui dual-channel tanpa disadari membuat seseorang menguras segala kemampuan psikisnya. Yang pada akhirnya mengakibatkan orang tersebut “letih” untuk berfikir dan mengalami ketidakseimbangan dalam berperilaku. Terutama jika game yang dimainkan memberikan pengaruh langsung terhadap perilaku para pemainnya.
Calistung sendiri malah bisa menjadi “obat” untuk MH, manakala metode yang digunakan sesuai dengan perkembangan jiwa peserta didik. Pembelajaran calistung yang memang harusnya tidak menjadi konsumsi utama anak-anak justru bisa mengembangkan kemampuan berfikir mereka, jika saja mereka dibiarkan bereksplorasi belajar melalui gaya mereka masing-masing. Coba saja lihat anak yang ini, bagaimana mungkin dia bisa berfikir sedemikian jika calistung dianggap tidak pas diajarkan di pendidikan anak.
Sekali lagi, jangan biarkan calistung hilang dari kegiatan belajar anak-anak, terutama kegiatan belajar bahasa. Karena di usia 0 hingga 17 tahun adalah masa emas seseorang dalam mempelajari bahasa. Tidak heran ada anak Indonesia yang menguasai 14 bahasa asing ketika baru menginjak usia 17 tahun. Latih kemampuan anak-anak dengan calistung, tentu dengan metode yang sesuai dengan perkembangan mereka.

Minggu, 09 Oktober 2016

Info Oktober 2016

Info PKK Bulan Oktober, di Bu Sukron minggu ke tiga......benarkah.....

MAWAR SIDOMUKTI DAWIS MERANTI DUA



Sabtu, 8 Oktober 2016 - Bercamping ria bersama warga Dawis Meranti Dua.Asyik banget, have fun yang ikutan . (Bu Eko, Bu Dipo, Bu Abdul, Bu Raharjo dan keluarga).